ORANG TUA YANG "OVER PROTECTIVE"




“Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orang tua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita alami.” Pernyataan tersebut diungkapkan oleh seorang penulis @radityadika yang dikutip oleh salah satu teman saya di twitter beberapa hari yang lalu. Saat membacanya saya merasa sangat setuju. Mengapa? Karena di usia saya yang hampir 3 tahun memiliki KTP ini, terkadang masih saja diperlakukan seperti anak kecil oleh orang tua saya, terutama oleh papa saya dan tentu saja saya merasa sedikit terganggu akan hal itu.


Pertama, terlalu perhatiannya orang tua adalah sebuah gangguan. “Bersyukur masih diperhatiin, memang mau dicuekin?” Mungkin itu kata-kata yang sering diucapkan orang-orang. Tapi bagaimana ya, namanya juga anak muda, risih juga kalau setiap lagi jalan-jalan atau nongkrong bersama teman-teman, ditelepon terus sama ayahnya dan langsung diinterogasi layaknya seorang polisi menginterogasi maling. “Lagi dimana? Sama siapa? Pulang jam berapa? Jangan malam-malam pulangnya bla bla bla…”. Sampai seorang teman sewaktu SMP dulu menyimpan nomor handphone ayahnya di kontaknya dengan nama “kantor polisi“. Setiap handphonenya berbunyi dan ada nama tersebut tertera di layar, langsung ia menjauh dari keramaian sebelum mengangkat teleponnya.

Atau karena berkembangnya teknologi, orang tua kerapkali memantau perkembangan dan aktivitas anak remaja atau mudanya lewat media sosial. Sudah senang ada facebook dan twitter yang bisa jadi tempat menumpahkan isi hati di sana, eh ternyata orang tuanya tidak mau ketinggalan gaul dengan membuat account tersebut lalu mulai meng-adddan mem-follow account anaknya. Sudah di-ignore oleh sang anak, eh di-add lagi sambil bertanya, “kok pertemanannya nggak diterima?” “Ya sudah mau bagaimana lagi, hilanglah privacy gue”, begitu kata salah seorang teman.
Sikap terlalu perhatian kemudian berkembang menjadi sikap terlalu melindungi atau over protective. Biasanya perilaku ini diterima oleh anak tunggal atau anak perempuan dari ayahnya, walalupun tidak menutup kemungkinan hal ini juga diterima oleh anak laki-laki. Mulai adanya pembatasan-pembatasan aktivitas anak oleh orang tua, misalnya tidak boleh pergi keluar bersama teman, tidak boleh pergi kalau tidak diantar sopir, tidak boleh menginap di rumah teman, tidak boleh mengikuti kegiatan organisasi di sekolah atau kampus, dan sebagainya. Sebagai seorang anak, tentulah merasa kesal. Memang benar pergaulan anak muda sekarang dan dulu itu beda, tapi cobalah untuk mengerti kebutuhan sang anak yang juga memerlukan interaksi dengan lingkungannya. Kasarnya, kalau jadi orang tua ya jangan kolot-kolot banget. Entahlah apa karena terlalu sayang terhadap sang anak atau mau membuat anaknya malang karena kuper (kurang pergaulan).

 Akibat pengaruh globalisasi serta tindak kriminalitas meningkat, membuat sebagian orang tua khawatir anaknya terjerumus dalam pergaulan yang negatif. Tidak heran jika banyak di antara mereka yang menjadi over protective terhadap anaknya. Seperti yang kita tahu, yang namanya overatau berlebihan itu memang tidak baik dan akan membawa dampak buruk, termasuk perhatian dan perlindungan yang berlebihan dari orang tua kepada anaknya. Tanpa sadar, orang tua seperti ini malah membunuh karakter sang anak. Akibatnya, sang anak menjadi tidak mandiri dan selalu bergantung pada orang tuanya karena terbiasa menerima apapun yang diputuskan oleh ayah atau ibunya. Dampak buruk lainnya, sang anak menjadi egois, tidak bertanggung jawab, tidak bisa menerima kritik, dan tidak percaya diri (sumber: disini). Salah satu contohnya adalah seorang gadis 22 tahun yang sudah lulus kuliah tapi tidak berniat mencari pekerjaan dan malas untuk berpacaran karena perilaku sang ayah yang sangat protektif terhadap dirinya (sumber: di sini). Mengerikan, bukan?

---

Definisi dari over protective yaitu dari kata over yang berarti lebih atau berlebihan dan protective yang berarti perlindungan/melindungi. Jadi over protective yaitu suatu bentuk perlindungan yang berlebihan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya.

Perlindungan yang berlebihan pada anak juga bisa membuat anak merasa terkekang, jenuh dan marah. Terkadang anak juga menginginkan lepas dari dominasi orang tuanya. Begitu pula pola asuh yang tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak menjadi marah besar. Misalnya, orang tua yang tidak punya pola asuh yang jelas kapan ia memberikan kebebasan dan kapan pula ia memberikan larangan anak untuk berbuat sesuatu. Atau seringkali mengancam untuk menghkum tapi orang tua tidak pernah menghukum.

Pola asuh orang tua yang over protective dan selalu menuruti segala permintaan anak bisa menyebabkan anak menjadi terlalu lekat atau lengket, yang biasa disebut dengan istilah anak Clinging. Apabila anak usia 3 tahun keatas masih melekat terus pada ibunya, misalnya seorang anak yang mau ikut kemanapun ibunya mau pergi dan akan menangis apabila tidak boleh.berbeda dengan oran tua yang memberikan perhatian yang sewajarnya, ia akan memberikan kebebasan kreasi pada anaknya. Semangat anak akan tumbuh dan berkembang seiring dengan daya kritis dan kreativitas anak. Sehingga anak akan menjadi aktif dan banyak bertanya baik kepada orang tuanya maupun pada orang yang ada disekelilingnya. Di sini anak juga akan merasa dipercaya oleh orang tua, mandiri, dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi dan dapat bersosialisasi dengan baik.

Ciri-ciri over protective, yaitu sbb :

Ø Selalu mengkhawatirkan keadaan anak

Ø Tidak pernah memberikan kepercayaan pada anak.

Ø Selalu menuntut kesempurnaan anaknya sendiri.

Ø Tidak pernah mau melepaskan anaknya sendiri dan ini dapat membuat anak terlambat mandiri.

Penyebab orang tua menjadi over protective

Ø Memiliki kekhawatiran yang berlebihan pada anak.

Ø Adanya rasa sayang yang berlebihan pada anak.

Ø Adanya rasa takut bersalah kalau tidak memperhatikan anak.

Ø Adanya trauma masa lalu yang mana hal ini dirasakan oleh orang tua.

Akibat dari orang tua yang over protective bagi anak yaitu:

Ø Tidak pernah dewasa.

Ø Tidak dapat mandiri.

Ø Mudah menyerah.

Ø Mudah minder dalam pergaulan.

Ø Selalu menuntut perhatian dari orang lain.

Ø Selalu merasa diri tidak mampu.

Ø Menjadi seorang yang tidak dapat berkembang dan mencapai potensi maksimal.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari orang tua yang bersifat over-protective adalah:

# Anak tidak berani melakukan apapun, kecuali dia mendapat izin dari orang tuanya.

# Kecenderungan anak menjadi sangat pasif dan menjadi merasa takut yang berlebihan.

# Tanda-tanda dini bahwa anak itu sudah mendapat perlindungan yang berlebihan adalah:

# Kalau mereka tumbuh makin besar tetapi justru tumbuh semakin pasif, semakin penakut, sering melakukan aktifitas secara sembunyi-sembunyi.

# Anak-anak mengabaikan larangan karena mereka sudah bosan dengan larangan-larangan dan anak-anak meski tanpa seizin kita mereka melakukan sesuatu di luar pengetahuan kita.

# Misalnya anak-anak seusianya sudah bisa lakukan sesuatu tetapi mereka belum bisa.


“Sesungguhnya, terlalu perhatiannya orang tua kita adalah gangguan terbaik yang pernah kita alami.”  @radityadika

Anak-anak adalah milik pusaka Tuhan itu artinya Tuhan juga yang akan memelihara dan menjaga anak kita, jadi kenapa kita tidak menyerahkan anak-anak kita dan masa depannya kepada Tuhan? Menyerahkan kepada Tuhan berarti kita melakukan tanggung jawab kita, mendidik, membesarkan mereka karena mereka adalah milik pusaka Tuhan, tetapi kita tidak terlalu mengawatirkan mereka sehingga melindungi mereka secara berlebihan. -REY-


Posted By: Unknown

ORANG TUA YANG "OVER PROTECTIVE"

Share:

Post a Comment

Facebook
Blogger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us

About Us

Hidup ini pilihan, jadi jangan sampai salah melangkah.

Advertisment

© Rayhan Nento All rights reserved | Theme Designed by REY